Seiyu Aleks Le – Anime Dandadan berhasil mencuri perhatian banyak penonton sejak musim pertamanya tayang. Menggabungkan unsur supernatural, aksi, dan humor dengan gaya visual yang eksplosif, serial ini tidak hanya menawarkan cerita unik, tapi juga kualitas pengisi suara kelas atas. Dan kini, menjelang penayangan Season 2, publik dikejutkan oleh pengakuan para seiyu yang selama ini berada di balik karakter-karakter penuh energi dan misteri tersebut. Dari Aleks Le hingga AJ Beckles, para seiyu akhirnya buka suara tentang tantangan, tekanan, dan rahasia di balik layar anime yang kini jadi buah bibir itu.
Aleks Le: Dari Emosi Mendalam hingga Jeritan Tanpa Ampun
Aleks Le, yang di kenal dengan kemampuannya menghidupkan karakter-karakter penuh semangat, mengaku bahwa mengisi suara untuk karakter di Dandadan bukanlah tugas mudah. Dalam wawancara terbarunya, ia menyebut bahwa emosi yang harus ia curahkan dalam satu sesi rekaman bisa “menguras jiwa”. Ia bahkan menyebut beberapa adegan membutuhkan take ulang hingga belasan kali, karena perpaduan antara ekspresi ketakutan dan adrenalin sulit di jinakkan dalam satu tarikan napas.
“Saya belum pernah harus berteriak sekeras dan selama ini sebelumnya. Tapi begitulah Dandadan—selalu ekstrem, tidak pernah biasa,” ujar Aleks dengan nada setengah tertawa namun terlihat lelah. Fakta mengejutkan lain? Ia pernah kehilangan suaranya selama dua hari penuh akibat rekaman intens untuk satu episode klimaks di Season 2.
AJ Beckles: Dandadan adalah Roller Coaster Emosi
Sementara itu, AJ Beckles—yang suaranya di kenal tajam, berkarakter, dan penuh nuansa—menggambarkan pengalaman bekerja di Dandadan sebagai “roller coaster emosi yang brutal dan menggairahkan.” Beckles menyoroti bagaimana karakter yang ia perankan harus berpindah dari ketegangan mistis ke momen-momen lucu dan absurd hanya dalam hitungan detik. “Skripnya gila. Suatu saat aku menangis karena ada hantu nenek-nenek menyeramkan, lalu tiba-tiba harus tertawa karena ada adegan bokong terbang,” ungkapnya dengan nada tak percaya.
Beckles juga memuji kerja keras tim produksi Jepang yang menurutnya “tidak kenal kompromi dalam mengejar kualitas suara.” Bahkan satu dialog tiga kalimat bisa menghabiskan satu jam untuk mendapatkan nada dan intonasi yang sempurna.
Di Balik Layar: Tekanan Besar, Standar Tak Manusiawi
Apa yang di ungkap Aleks dan Beckles membuka mata publik tentang betapa brutalnya industri pengisian suara untuk anime papan atas. Tak hanya berurusan dengan di alog, mereka juga harus mempelajari budaya, nada emosional karakter Jepang yang sangat khas, dan menyelami konteks cerita yang kerap penuh metafora dan simbolisme budaya lokal.
“Setiap kalimat punya beban. Bukan hanya sekadar membaca naskah—kami di tuntut untuk merasakan, menjiwai, dan menyatu dengan karakter seolah hidup di dunia yang sama,” ungkap Beckles.
Baca juga: https://kalyanjewellersfranchise.com/
Ada tekanan dari penggemar juga. Mereka menginginkan suara yang sesuai dengan ekspektasi tinggi dari manga-nya yang populer. Kesalahan sekecil apa pun bisa berujung pada kritik brutal dari komunitas online.
Dandadan Season 2: Lebih Gila, Lebih Berbahaya
Jika Anda berpikir Season 1 sudah cukup absurd dan menegangkan, tunggu hingga menyaksikan Season 2. Berdasarkan bocoran dari para seiyu, cerita kali ini akan lebih dalam menggali sisi gelap dunia supranatural, memperkenalkan musuh-musuh yang lebih sadis, dan bahkan menjelajah ke dunia lain yang tak terduga. Dan tentu saja, beban emosi yang harus di bawakan oleh para seiyu pun makin berat.
“Ini bukan hanya tentang hantu atau alien lagi. Ada lapisan-lapisan emosional dan spiritual yang harus kami ungkap lewat suara. Dan percayalah, ini bukan pekerjaan untuk orang lemah,” tegas Aleks.
Dengan segala pengorbanan dan perjuangan keras di balik layar, jelas bahwa Dandadan Season 2 bukan sekadar lanjutan cerita. Ini adalah perang emosi, suara, dan jiwa, di mana para seiyu mempertaruhkan segalanya demi menghadirkan pengalaman anime yang tak tertandingi.